Wah sudah lama ya sejak terakhir aku menulis..
Apa kabar semuanya? Semoga dalam keadaan baik dan dirahmati Allah SWT
Kali ini, aku pengen sharing soal aku.
Iya, aku. Seorang pribadi yang jauh dari kata sempurna dan pribadi yang masih terus belajar untuk jadi lebih baik lagi. Aamiin
Sebenarnya sudah lebih dr satu minggu aku mulai sangat produktif dan menjadi mindful parents buat shafira. Meskipun dalam satu minggu itu ada hari dimana entah karena mendekati siklus (menstruasi) bulanan, emosi ku jadi naik turun dan gampang marah. Ini jadi bahan evaluasi ku bahwa aku ternyata masih punya pr ketika menghadapi gelombang hormon yg belum bisa dikontrol..
Berawal dari ketika aku “berbicara” dengan jujur pada diriku sendiri. Aku tanya sebenarnya apa yang lagi kamu rasain aku, kamu kenapa? Saat lagi menyusui tisha malam hari.
Entah ada apa pagi nya aku merasa lebih baik dan mulai mampu mengatur emosi untuk menghadapi anakku..
Sebelumnya aku ingin cerita dulu..
Aku, orang yang rajin sekali belajar. Tapi aku bahkan nggak ingat apa yang aku pelajari terutama di bidang akademis, rasanya aku seperti baru mendengar apa-apa yang disebutkan.
Aku sampai saat ini masih sering belajar, baik itu ilmu parenting, psikologi keluarga, menyusui, kefarmasian, dll
Tapi jujur aku merasa semua itu hanya sebuah “teori” dan aku sulit untuk mengaplikasikannya di dunia nyata. Serius aku juga nggak tahu kenapa bisa gitu tapi faktanya aku gagal menyusui eksklusif, aku gagal menerapkan pola parenting yg baik, aku bahkan hanya melongo ketika ditanya tentang bidang ilmu yg aku pelajari selama aku kuliah, selama 10 tahun ini.
I’m failed..
Aku? Si perfeksionis yang suka kerapian dan sangat insecure terhadap banyak hal. Sering sekali berprasangka buruk terhadap hal apapun, apapun. Merasa bahwa dunia sangat menyedihkan dan tidak ada yang peduli sama aku. Aku merasa bahwa aku sakit, aku butuh disembuhkan dan ini masih berlanjut sampai saat aku tulis ini loh, aku belum merasa aku adalah pribadi yang sehat jiwa dan raganya.
Ragaku sudah merasakan dampak dari cara berpikirku yang malas dan negatif. Bagaimana maag ku sudah kronis, vertigo ku sering kambuh, dan mudah sekali stress saat kondisi tidak sesuai dengan harapan dan keinginan.
Aku hanya ingin bercerita ini untuk membuatku merasa lega. Meski aku tahu bahwa no one is perfect tapi aku kadang masih belum bisa menerima diriku sendiri pada keadaan tertentu.
Saat ini, aku merasa lebih tenang karena aku sedang berproses..
Aku belajar untuk mulai memaafkan apa yang ada di dalam diriku dan berusaha menerimanya seutuhnya.
Aku tahu kok teorinya bahwa menjadi ibu atau pribadi yang baik adalah orang yang mampu menerima, memaklumi, memaafkan, dan menyayangi dirinya sendiri secara utuh. Tapi ternyata faktanya tidak mudah untuk mampu menjadi pribadi yang sehat dan bahagia.
Aku sedang belajar menerima diriku yang seutuhnya. Yang galak, yang sangat insecure, over thinking, yang sangat membenci diriku sendiri karena aku tidak sempurna.
Ternyata proses itu nggak mudah, sampai sekarang aku masih belajar di depan maupun tanpa cermin untuk melihat aku secara fisik dan mental secara hati-hati dan berkomunikasi dengan mereka lebih baik lagi.
Aku berterimakasih pada segala hal yang ada dalam tubuhku. Aku mengatakan tak apa ketika aku melakukan kesalahan. Aku marah pada diriku ketika aku tidak bisa menuntaskan amarahku. Aku belajar bahwa pribadi yang sempurna memang ada dan itu aku..
Aku belajar dan masih belajar untuk terus menerima bahwa segala yang ada dalam diriku adalah anugerah dari Allah.
Aku sedang memperbaiki ibadah dan koneksi ku dengan Allah. Sungguh aku pribadi yang taat dan rajin sejak kecil. Tapi entah kenapa sejak kuliah aku banyak sekali bolong beribadah. Yang dulu suka solat sunnah, dhuha, dan tahajud juga puasa wajib dan sunnah, bisa-bisa nya saat ini untuk melaksanakan solat wajib saja berat sekali rasanya.
Jujur aja kadang aku pengen di ruqyah karena kemalasan ku dalam beribadah ini sangat sangat menggangu ku. Aku terlalu banyak melakukan dosa sehingga setan sepertinya suka sekali denganku. Itu yg saat ini terpikir oleh ku dari segi spiritual.
Dari segi saintis, aku memang mengalami stres berat sejak kehamilan di tahun 2018 lalu sampai sekarang aku masih merasa terkadang aku ingin bunuh diri saja. Apalagi menghadapi anakku yang makin hari ada saja tingkahnya yang bikin pusing dan menguras emosi..
Aku sangat suka pergi keluar rumah, pergi ke supermarket atau mall atau sekedar menghirup udara segar berkeliling kota. Ini aku lakukan sejak aku di solo dan imbasnya sampai sekarang aku ketika stress lebih senang untuk berkeliling kota menangis atau berteriak lalu mampir disebuah tempat makan untuk mengisi perut kemudian kembali menangis di perjalanan pulang ke kos.
Sungguh aku amat sangat merindukan momen itu saat ini. Saat dimana aku yang sekarang tidak pernah bisa lepas dari seorang balita perempuan yang bahkan ke kamar mandi saja perlu diikuti secara intens..
Aku stress diikuti oleh balita ini, anak yang tidak tahu apa-apa ini sering sekali aku marahi, menjadi objek yang paling dekat yang sering menjadi tempat aku meluapkan emosi. Dan setiap hari saat malam dia tidur aku memangis minta maaf atas sikap ku hari ini. Namun besok aku begitu lagi..
Akhir-akhir ini aku mulai belajar menerima bahwa ibuku bukan sosok sempurna yang mampu membesarkan ku dengan sempurna. Ada hal-hal yang kurasa tak sesuai dengan keinginanku. Dulu pernah aku ungkapkan kekesalan pada ibu dan ayahku kenapa mereka tidak bisa begini dan begitu. Betapa bodohnya aku telah menyakiti mereka.
Aku ternyata kurang banyak berdzikir dan bersyukur. Bahwa hidupku ini saat ini sudah sempurna dan sangat bahagia. Tapi aku selalu melihat hal yang kurang, aku selalu membandingkan, dan aku selalu merasa tidak cukup dengan apa yang aku punya.
Hidupku saat ini kompleks rasanya. Dan itu semua karena aku
Aku yang tidak bisa mengendalikan pikiran dan perasaan ku dari apa-apa yang ada di dunia ini.