Aku

Wah sudah lama ya sejak terakhir aku menulis..

Apa kabar semuanya? Semoga dalam keadaan baik dan dirahmati Allah SWT

Kali ini, aku pengen sharing soal aku.
Iya, aku. Seorang pribadi yang jauh dari kata sempurna dan pribadi yang masih terus belajar untuk jadi lebih baik lagi. Aamiin

Sebenarnya sudah lebih dr satu minggu aku mulai sangat produktif dan menjadi mindful parents buat shafira. Meskipun dalam satu minggu itu ada hari dimana entah karena mendekati siklus (menstruasi) bulanan, emosi ku jadi naik turun dan gampang marah. Ini jadi bahan evaluasi ku bahwa aku ternyata masih punya pr ketika menghadapi gelombang hormon yg belum bisa dikontrol..

Berawal dari ketika aku “berbicara” dengan jujur pada diriku sendiri. Aku tanya sebenarnya apa yang lagi kamu rasain aku, kamu kenapa? Saat lagi menyusui tisha malam hari.
Entah ada apa pagi nya aku merasa lebih baik dan mulai mampu mengatur emosi untuk menghadapi anakku..

Sebelumnya aku ingin cerita dulu..

Aku saat ini adalah seorang ibu dari balita perempuan berusia 19 bulan dan istri dari suamiku, kakak adik dari saudara-saudaraku, serta anak dari orangtua-orangtuaku. Hehehe

Aku, orang yang rajin sekali belajar. Tapi aku bahkan nggak ingat apa yang aku pelajari terutama di bidang akademis, rasanya aku seperti baru mendengar apa-apa yang disebutkan.
Aku sampai saat ini masih sering belajar, baik itu ilmu parenting, psikologi keluarga, menyusui, kefarmasian, dll


Tapi jujur aku merasa semua itu hanya sebuah “teori” dan aku sulit untuk mengaplikasikannya di dunia nyata. Serius aku juga nggak tahu kenapa bisa gitu tapi faktanya aku gagal menyusui eksklusif, aku gagal menerapkan pola parenting yg baik, aku bahkan hanya melongo ketika ditanya tentang bidang ilmu yg aku pelajari selama aku kuliah, selama 10 tahun ini.
I’m failed..

Aku? Si perfeksionis yang suka kerapian dan sangat insecure terhadap banyak hal. Sering sekali berprasangka buruk terhadap hal apapun, apapun. Merasa bahwa dunia sangat menyedihkan dan tidak ada yang peduli sama aku. Aku merasa bahwa aku sakit, aku butuh disembuhkan dan ini masih berlanjut sampai saat aku tulis ini loh, aku belum merasa aku adalah pribadi yang sehat jiwa dan raganya.

Ragaku sudah merasakan dampak dari cara berpikirku yang malas dan negatif. Bagaimana maag ku sudah kronis, vertigo ku sering kambuh, dan mudah sekali stress saat kondisi tidak sesuai dengan harapan dan keinginan.

Aku hanya ingin bercerita ini untuk membuatku merasa lega. Meski aku tahu bahwa no one is perfect tapi aku kadang masih belum bisa menerima diriku sendiri pada keadaan tertentu.

Saat ini, aku merasa lebih tenang karena aku sedang berproses..
Aku belajar untuk mulai memaafkan apa yang ada di dalam diriku dan berusaha menerimanya seutuhnya.

Aku tahu kok teorinya bahwa menjadi ibu atau pribadi yang baik adalah orang yang mampu menerima, memaklumi, memaafkan, dan menyayangi dirinya sendiri secara utuh. Tapi ternyata faktanya tidak mudah untuk mampu menjadi pribadi yang sehat dan bahagia.

Aku sedang belajar menerima diriku yang seutuhnya. Yang galak, yang sangat insecure, over thinking, yang sangat membenci diriku sendiri karena aku tidak sempurna.
Ternyata proses itu nggak mudah, sampai sekarang aku masih belajar di depan maupun tanpa cermin untuk melihat aku secara fisik dan mental secara hati-hati dan berkomunikasi dengan mereka lebih baik lagi.

Aku berterimakasih pada segala hal yang ada dalam tubuhku. Aku mengatakan tak apa ketika aku melakukan kesalahan. Aku marah pada diriku ketika aku tidak bisa menuntaskan amarahku. Aku belajar bahwa pribadi yang sempurna memang ada dan itu aku..
Aku belajar dan masih belajar untuk terus menerima bahwa segala yang ada dalam diriku adalah anugerah dari Allah.

Aku sedang memperbaiki ibadah dan koneksi ku dengan Allah. Sungguh aku pribadi yang taat dan rajin sejak kecil. Tapi entah kenapa sejak kuliah aku banyak sekali bolong beribadah. Yang dulu suka solat sunnah, dhuha, dan tahajud juga puasa wajib dan sunnah, bisa-bisa nya saat ini untuk melaksanakan solat wajib saja berat sekali rasanya.

Jujur aja kadang aku pengen di ruqyah karena kemalasan ku dalam beribadah ini sangat sangat menggangu ku. Aku terlalu banyak melakukan dosa sehingga setan sepertinya suka sekali denganku. Itu yg saat ini terpikir oleh ku dari segi spiritual.

Dari segi saintis, aku memang mengalami stres berat sejak kehamilan di tahun 2018 lalu sampai sekarang aku masih merasa terkadang aku ingin bunuh diri saja. Apalagi menghadapi anakku yang makin hari ada saja tingkahnya yang bikin pusing dan menguras emosi..

Aku sangat suka pergi keluar rumah, pergi ke supermarket atau mall atau sekedar menghirup udara segar berkeliling kota. Ini aku lakukan sejak aku di solo dan imbasnya sampai sekarang aku ketika stress lebih senang untuk berkeliling kota menangis atau berteriak lalu mampir disebuah tempat makan untuk mengisi perut kemudian kembali menangis di perjalanan pulang ke kos.
Sungguh aku amat sangat merindukan momen itu saat ini. Saat dimana aku yang sekarang tidak pernah bisa lepas dari seorang balita perempuan yang bahkan ke kamar mandi saja perlu diikuti secara intens..

Aku stress diikuti oleh balita ini, anak yang tidak tahu apa-apa ini sering sekali aku marahi, menjadi objek yang paling dekat yang sering menjadi tempat aku meluapkan emosi. Dan setiap hari saat malam dia tidur aku memangis minta maaf atas sikap ku hari ini. Namun besok aku begitu lagi..

Akhir-akhir ini aku mulai belajar menerima bahwa ibuku bukan sosok sempurna yang mampu membesarkan ku dengan sempurna. Ada hal-hal yang kurasa tak sesuai dengan keinginanku. Dulu pernah aku ungkapkan kekesalan pada ibu dan ayahku kenapa mereka tidak bisa begini dan begitu. Betapa bodohnya aku telah menyakiti mereka.

Aku ternyata kurang banyak berdzikir dan bersyukur. Bahwa hidupku ini saat ini sudah sempurna dan sangat bahagia. Tapi aku selalu melihat hal yang kurang, aku selalu membandingkan, dan aku selalu merasa tidak cukup dengan apa yang aku punya.

Hidupku saat ini kompleks rasanya. Dan itu semua karena aku
Aku yang tidak bisa mengendalikan pikiran dan perasaan ku dari apa-apa yang ada di dunia ini.

Manipulasi

Pernah nggak sih di hidup mu dalam suatu kondisi kamu memanfaatkan kelemahan mu atau kelemahan seseorang atau sebuah kelompok untuk sebuah kepentingan mu sendiri? Atau sederhananya nya pernah ga sih manfaatin kebaikan orang lain untuk sesuatu yg kita inginkan?

Jadi tulisan ini bermula dari sebuah film “hope spring eternal” yg tayang di tahun 2018. Kemaren saat sedang ngobrak ngabrik file nemu film yg di download adik ku (secara ini film anak muda ya udah ga mungkin aku yg download) film ini bercerita ttg anak sma yg terkena kanker di usia muda dan seluruh sekolah tahu kondisinya..

Harus bolak balik kemo sama sekolah dan bergaul “layaknya” anak biasa meskipun semua orang yg berinteraksi dengan nya mencoba untuk mendekat hanya karena penasaran atau tertarik tanpa benar benar berempati dengannya, satu satu nya teman di sekolah nya yg tulus padanya tak lain adalah sahabat baiknya.

Hope, pemeran utama dalam film ini, diceritakan di ” suspend ” (bukan dinyatakan sembuh karena kanker sifatnya kambuhan) status kanker nya oleh dokter sehingga tidak perlu menjalani kemoterapi terus menerus untuk beberapa waktu sambil tetap di kontrol keadaannya..

Mengetahui kabar itu ibu dan sahabatnya sangat bahagia dan ingin mengabarkan seluruh guru dan teman² nya ttg status baru nya ini. Tapi bagi hope yg sudah terbiasa dgn keadaan sebelumnya, status baru ini menjadi tantangan dan peluang bagi nya untuk beberapa hal, seperti bolos pelajaran karena harus kemo, atau berinteraksi dengan orang² (the one that she never talked before) karena dirinya mengidap kanker, dan lain lain.

Intinya dia merasa sangat belum siap untuk menjalani rutinitas “biasa” yg selama ini dilakukan oleh orang lain yg tidak dilakukan nya karena sebuah “pengecualian” yakni sakit. Kanker lagi bukan sakit main main. Jadi dalam film dia mengalami satu masa dimana dia jujur pada teman nya di rs tp berbohong di sekolah demi fasilitas yg pernah dia dapatkan sebelumnya.

In the end dia menyadari bahwa itu salah, dan dia lebih menghargai orang orang di sekitarnya, dia lebih bersemangat untuk menunjukkan kalau well she can even without “cancer status”. Film nya berakhir baik dengan klimaks yg mungkin bagi sebagian orang dewasa (yg sudah melewati tawa remaja) biasa saja..

Lalu kenapa sih aku bahas itu?

This movie remains me of “me”. Ya, aku..

Saat masih remaja aku pernah berada persis di posisi hope dengan perasaan dan keadaan yg sama. Dua kali di operasi dalam 2 tahun berturut² membuat aku mendoktrin diriku kalau aku lemah dan memanfaatkan kondisi aku yg lemah sebagai sebuah tameng atas sesuatu.

Meskipun ga sepenuhnya bener karena memang kadang masih sakit atau gimana, tp aku faham dgn apa yg dialami hope. Aku mengerti dengan sangat perasaaan seperti itu. Tapi pada saat aku remaja aku tidak memahami bahwa “tidak baik bersembunyi dibalik sesuatu hanya karena kamu malas atau penakut

Aku memanfaatkan situasi itu dalam beberapa kesempatan dan aku tidak menyadari itu adalah kesalahan, dalam fikiran ku yg ada hanya “oke aku lolos hal ini atau kejadian ini” tanpa jg memandang bagaimana perspektif orang lain terhadap tindakanku .

Sebenarnya sikap melarikan diri bagiku dimulai sejak masih kecil. Aku yg sangat penakut mencoba menhindari banyak hal dan berlindung pada sesuatu yg absurd. Contoh ketika dulu aku sd aku pura² sakit maag demi bolos sekolah agama, atau aku pura² sakit perut saat teman pengajian menghampiriku ke rumah jadi aku absen ngaji di mesjid..

Lama kelamaan sampai dewasa aku sering dengan latahnya menjadikan seseorang atau sesuatu hal sebagai tameng atas kelalaian dan kemalasan yg aku buat. Dan aku baru menyadarinya di usia ku yg sudah tidak muda lagi..

She..

She..

Namanya Hani Shafiy Tsaniya Hasani. Adalah sepupuku, anak om Hasan dan tante Efi. Anak kedua dari 3 bersaudara yg berusia 12 tahun ini baru saja meninggalkan kami semua secara tak terduga dalam sebuah insiden bus yg menabrak pilar gedung saat acara pelepasan jamaah haji 2019 di kota sukabumi. Hani terhimpit oleh gerbang yg tertabrak oleh supir bus hingga mengeluarkan banyak darah dan tak tertolong nyawa nya. Insiden itu terjadi tanggal 16 juli 2019

Sakit sedih kaget tak percaya adalah gambaran kepergian gadis kecil yg pandai menari itu, si ceria dan kepo yang sangat dekat dengan keluarga itu dinyatakan meninggal saat sampai di RS Syamsudin SH (bunut) kota sukabumi.

Childhood

Aku memanfaatkan rasa sakit yg dulu aku pernah rasa sebagai senjata untuk mendapat belas kasihan dan sebagai senjata untuk melarikan diri..

A liar dan opportunity takers.

So what i called about my self in my childhood

Lalu kemudian itu menjadi boomerang bagi ku

Drama menyusui

Apa yang terlintas saat mendengar kata menyusui? Buat saya dahulu sebelum menjadi seorang ibu menyusui itu mudah tinggal kasih payudara sm anak dia nyusu terus kenyang tidur. Udah se simpel itu aja nggak tahu kalau menyusui tidak semudah yg saya kira..

Waktu saya masih menjadi seorang istri dan calon ibu, saya banyak mencari referensi mengenai anak dan perkembangannya termasuk menyusui. Apalagi karena banyak banget denger cerita susah nya menyusui entah karena ibu atau bayi nya. Akhirnya saya ikut kelas menyusui online saat awal TM 3. Disaat itu ilmu yg sangat bermanfaat itu saya sangat optimis bisa saya laksanakan. (Next nanti saya bahas tentang seluk beluk menyusui ya)

pasca melahirkan, saya kecewa karena tidak dilakukan Inisiasi Menyusui Dini atau IMD dengan benar di rumah sakit tempat saya melahirkan. Hanya beberapa detik dan tidak dengan prosedur yang benar sudah menyalahi aturan yg ditetapkan pemerintah. Saya mau marah pun tidak bisa karena banyak hal, yaitu saya baru kontrol di RS tersebut saat hamil menjelang 8 bulan jadi saya tidak bisa menemukan partner yg tepat untuk proses kelahiran anak saya. Pun juga dokter kandungan saya yg baru ini di hari saya melahirkan sedang berada di luar kota..

Alhamdulillah nya saya dan bayi dirawat gabung. Jadi setelah saya sudah diperbolehkan ke ruang rawat pasca pemulihan operasi saya menunggu bayi saya untuk masuk ke ruangan diberi susu. Saya baru benar benar melihat bayi mungil saya kembali saat sudah di ruangan. Yg saya ingat hanya suara tangisnya pecah saat ia keluar dari rahim saat proses saecar berlangsung..

Awal di rumah sakit saya cukup berusaha terus menyusui per 2 jam dgn kondisi pemulihan pasca operasi. Selama 1 bulan saya berusaha menyusui anak saya dengan banyak sekali tekanan yang saya rasakan tanpa didampingi suami 24 jam karena kami mengalami LDM sejak saya memutuskan melahirkan di kota asli saya di sukabumi..

Tekanan yang datang justru dari orang orang terdekat saya yakni ayah saya, tante saya, nenek saya, yg saya harapkan justru akan membantu saya. Beberapa komentar yang saya dengar hampir setiap mereka berkunjung..

  1. “Asi nya keluar ngga?”
  2. “Asi nya banyak nggak?”
  3. “Asi nya kayanya sedikit ya?”
  4. “Kasih susu formula aja. Kasian anaknya lapar”

Sedih nggak sih orang yang sayang kita yg katanya sayang sama anak kita justru malah makin mempojokkan kkita mungkin sekilas buat orang orang pertanyaan itu diangap “biasa aja” atau bahkan “lebay ah gitu aja sakit hati, naper”.

Hellooooo..

Apa yang saya rasakan hanya saya dan ibu ibu yg mengalami hal yang sama yg mengetahui nya. Seharusnya bukan pertanyaan yg dilontarkan melainkan semangat dan bantuan. Karena sekalipun pertanyaan di 1 kalimat sederhana yang dianggap orang lain itu cukup menyakitkan bagi kami para ibu baru..

Saya sangat berterimakasih pada nenek saya dan ibu saya yang selalu menyediakan makanan untuk membantu asi saya. Terutama ibu saya yang selalu bersedia menggendong dan mengasuh anak saya ketika saya sudah kelelahan. Karena ternyata mengurus bayi itu tidak semudah yang saya kira . Sangat menguras tenaga loh..

Setelah hampir satu bulan, anak saya tidak terlihat bertambah berat badan nya. Lahir dengan berat badan 3.09 kg dalam lebih dari 3 minggu hanya naik menuju ke angka 3.3 kg yg seharusnya dalam 1 bulan naik minimal 800 gram ..

Hah ? Segitu doang ga nyampe ? 800 gram doang..

Kalau ada yg komen gitu saya cuma bisa ngelus dada sambil emosi . Karena naik in BB bayi itu ga semudah yg dikira..

Gimana asi saya? Drastis up and down..

Kenapa? Faktor utama nya karena saya stress dengan tekanan yg ada. Belum kadang orang tua saya menyepelekan keinginan saya untuk ASI full, dengan mudah nya menyuruh anak saya minum susu formula..

Padahal saya udah minum kaya sapi gelonggong . Makan banyak karena lapaaaar terus. Bahkan saya sempat pompa agar tetap bisa menyusui dengan baik dan volume yg dihasilkan banyak..

Tapi stress jadi hambatan utama saya. Dan juga karena memang saya mudah stress akibat parenting yg diterapkan orang tua saya pada saya mengakibatkan saya jadi orang yang mudah menyerah dan stress..

Akhirnya saat satu bulan cek ke dokter saya diminta menambahkan susu formula pada anak saya dengan alasan kasian anak saya kurang gizi. Dan saya liat anak saya kurus disitu saya merasa sangat bersalah..

Merasa bersalah karena asi saya tidak cukup membuat tubuhnya terpenuhi kebutuhan nya. Akhirnya saya menyerah, saya memberikan orangtua saya lampu hijau untuk susu formula. Meskipun hingga saat ini usia anak saya 5 bulan saya masih dihantui rasa bersalah karena tidak bisa memberikan asi ekslusif padanya..

Saat ini sebisa mungkin saya betul kan selalu posisi pelekatan nya meskipun tidak bisa. Saya selalu coba untuk menyusui selama yang saya bisa agar anak saya tetap mendapatkan zat zat seperti antibodi yang hanya dihasilkan dari tubuh saya bukan dari susu formula..

Saya harap bagi semua ibu di luar sana. Jangan menjadi saya..

Jangan menyerah dan jangan mudah putus asa.

Sekali kita berhenti berjuang maka semua akan jadi sia sia tak ada hasilnya..

Become a Full Time Mother

Hai, let me introduce myself ..

Namaku Salsabiela D. Suyudi, seorang wanita yg berasal dari keluarga beranggotakan 5 orang dimana saya adalah anak kedua, yg kemudian menuntut ilmu hingga jenjang profesi kesehatan yakni apoteker.

Saya berasal dari kota sukabumi, tempat saya dilahirkan dan besar disana hingga sebelum saya kuliah-menikah. Kenapa terkesan begitu? Karena saya kuliah di daerah tangerang selatan, pinggir kota Jakarta dan mengambil profesi di kota yang sangat membuat rindu, Solo atau Surakarta. Pendidikan saya tempuh dari usia 4 tahun (TK) hingga saya berusia 22 tahun (Apoteker).

Saya bertemu suami saya saat kami berada di tingkat profesi apoteker. Which means suami saya juga teman sejawat saya, a pharmacist, karena di luar negeri apoteker disebut pharmacist tidak apothecary. lantas kenapa disebut apoteker? Nanti deh saya bahas di postingan selanjutnya. Kami tinggal di kota cirebon, perbatasan jawa barat dan jawa tengah. Kota yg tepat berada di tengah2 kota asal kami masing masing

Kami menikah di awal tahun 2018 dan Alhamdulillah di akhir tahun yg sama saya melahirkan seorang putri cantik yg kami panggil Tisha, yg melengkapi kehidupan di tahun pertama pernikahan kami. Lahir di sukabumi, sama seperti saya, karena saya melahirkan ingin ditemani keluarga saya terutama karena ia adalah cucu pertama bagi orangtua saya.

Sejak sebelum menikah saya sudah resign dengan alasan menyelesaikan studi lanjutan saya yakni, S2. Tapi sayang hingga saat ini saya belum menyelesaikan studi yg dimulai sejak tahun 2015 tersebut. Doakan saya bisa menyelesaikan gelar ketiga saya ini..

Sejak resign dan jobless, alhamdulillah sebenarnya tawaran banyak. Entah datang kepada saya langsung atau melalui orang orang terdekat saya. Tapi keputusan saya saat itu fokus pada studi dahulu. Lalu Allah karuniai saya kehamilan pertama yg membuat suami saya meminta saya istirahat di kota tinggal kami karena kondisi saya yg hiperemesis..

Alhamdulillah Allah masih beri saya dan suami kepercayaan. Ia melindungi anak kami meski pun mengalami banyak hal selama bayi kami masih di kandungan hingga bayi kami lahir sehat sempurna dan saat ini sedang mengalami tumbuh kembang yg cukup baik untuk usia nya..

Become a full time mother is not easy, but not so hard even it’s really tiring for me. Kenapa? Karena sebenarnya aku suka aktifitas yg “memaksa” seperti bekerja dibandingkan hanya mengurus rumah (mari kita pisahkan bagian mengurus anak). Tapi anehnya saya belum juga terbiasa menyelesaikan semua tugas dalam satu hari, pasti masih ada saja yg tertumpuk hingga beberapa hari. Kenapa? Karena saya tidak tega meninggalkan si kecil main di kasur sendirian atau karena saya belum bisa melaksanakan tugas rumah dibarengi dengan menggendong anak.

Mungkin juga karena saya mendapat gambaran mengenai seorang ibu adalah seorang pekerja. Kedua ibu saya (ibu kandung dan ibu mertua) adalah seorang guru dan pekerja kantoran yg bahkan juga mengambil sambilan dengan berjualan entah baju atau katering makanan. Sehingga dalam benak saya, mengurus rumah tangga saja akan sangat membuat saya jenuh dan justru tidak produktif.

Sadar tidak sadar, ketika kita sedang dikejar banyak deadline atau waktu yg sempit. Mau tidak mau kita perlu membagi dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin selagi kita bisa. Berbeda dengan ibu rumah tangga yg 24 jam dirumah, di benak saya pada akhirnya saya jadi menunda pekerjaan (selain memang karena sifat jelek saya adalah itu)

Jenuh untuk pertama kali nya saya alami . Bergulat dengan aktifitas yg itu itu saja jujur membuat saya jenuh. Apalagi ditambah saya mengalami baby blues dan post parfum disease pasca melahirkan terutama saat kembali bertiga dengan suami dan anak saya.